PENYESUAIAN
DIRI DAN PERMASALAHANNYA
A.
Pengertian
penyesuaian diri
Penyesuain diri
dalam bahsa aslinya dikenal dengan istilah Adjustment atau Personal Adjustment.
Schneiders (1984), berpendapat bahwa penyesuaian diri dapat di tinjau dari tiga
sudut pandang, yaitu :
1. Penyesuaian
diri sebagai adaptasi (Adaptation)
Dilihat
dari perkembangannya, penyesuaian diri diartikan sama dengan adaptasi (adaptation). Padahal adaptasi pada
umumnya lebih mengarah pada penyesuaian diri dalam arti fisik, fisiologis atau
biologis. Penyesuaian diri juga diartikan sebagai usaha mempertahankan diri
secara fisik (self-maintenance atau
survival). Oleh sebab itu, jika penyesuaian diri hanya diartikan sama
dengan usaha untuk mempertahankan diri maka hanya selaras dengan keadaan fisik
saja bukan penyesuaian dalam arti psikologis.
2.
Penyesuaian diri sebagai bentuk
konformitas (Confornity)
Ada juga penyesuaian diri yang diartikan sama dengan
penyesuaian yang mencakup konformitas yang mencakup norma-norma. Penyesuaian
diri sebagai uasaha konformitas mengisyaratkan bahwa individu seakan-akan
mendapat tekanan kuat untuk harus selalu mampu menghindarkan diridari
penyimpangan perilaku baik secara moral, sosial, maupun emosional.
3. Penyesuaian
diri sebagai usaha penguasaan (Mastery)
Penyesuaian
diri sebagai usaha penguasaan (Mastery),
yaitu kemampuan untuk merencanakan dan mengorganisasikan respon dalam cara-cara
tertentu sehingga konflik-konflik, kesulitan, dan frustrasi tidak terjadi.
Prinsip-prinsip
penting mengenai hakikat penyesuaian diri, yaitu sebagai berikut :
a. Setiap
Individu memiliki kualitas penyesuaian diri yang berbeda.
b. Penyesuaian
diri sebagian besar ditentukan oleh kapasitas internal.
c. Penyesuaian
diri juga ditentukan oleh faktor internal dalam hubungannya dengan lingkungan
individu yang bersangkutan.
B.
Penyesuaian
diri yang baik
Seseorang
dikatakan memiliki kemampuan penyesuaian diri yang baik (Well Adjusted Person)
jika mampu melakukan respon-respon yang matang, efisien, memuaskan dan sehat.
Dikatakan efisien apabila mampu melakukan respon dengan mengeluarkan tenaga dan
waktu sehemat mungkin. Dikatakan sehat apabila respon-respon yang dilakukannya
dengan hakikat individu, lembaga atau kelompok antar individu, dan hubungan
antar individu dan ciptaanNya.
C.
Proses
penyesuaian diri
Proses
penyesuaian diri menurut Schneiders (1984), melibatkan tiga unsur yang akan
mewarnai kualitas proses penyesuaian diri individu yaitu :
1.
Motivasi
dan Proses Penyesuaian Diri
Motivasi
sama dengan kebutuhan, perasaan, dan emosi merupakan kekuatan internal yang
menyebabkan ketegangan dan ketidak seimbangan dalam organisme.
2.
Sikap
terhadap realitas dan Proses Penyesuaian Diri
Secara umum
dapat dikatakan sikap yang sehat terhadap realitas dan kontak yang baik
terhadap realitas sangat diperlukan bagi penyesuaian diri yang sehat.
3.
Pola
Dasar Penyesuaian Diri
Dalam proses penyesuaian
diri sehari-hari terdapat suatu pola dasar penyesuaian diri. Misalnya : seorang
anak membutuhkan kasih sayang dari orang tuanya yang selalu sibuk. dalam
situasi tersebut anak akan frustasi dan berusaha menemukan pemecahan yang
berguna mengurangi ketegangan antara kebutuhan akan kasih sayang dengan
frustasi yang dialami.
D.
Karakteristik
penyesuaian diri remaja
Penyesuaian diri
remaja memiliki karakteristik yang khas, yang dapat dilihat berbagai sisi,
yaitu sebagai berikut :
1.
Penyesuaian
Diri Remaja terhadap Peran dan Identitasnya
Tujuannya adalah
memperoleh identitas diri yang semakin jelas dan dapat dimengerti serta
diterima oleh lingkumgannya, baik lingkungan keluarga, sekolah, ataupun masyarakat.
2.
Penyesuaian
Diri Remaja terhadap Pendidikan
Pada umumnya,
para remaja berjuang untuk meraih kesuksesan dalam belajar, tetapi dengan
cara-cara yang menimbulkan perasaan bebas dan senang, terhindar dari tekanan
dan konflik, atau bahkan frustasi.
3.
Penyesuaian
Diri Remaja terhadap Kehidupan Seks
Secara keseluruhan,
remaja ingin memahami kondisi seksual dirinya dan lawan jenisnyaserta mampu
bertindak untuk menyalurkan dorongan seksualnya yang dapat dimengerti dan dapat
dibenarkan oleh norma sosial dan agama.
4.
Penyesuaian
Diri Remaja terhadap Norma Sosial
Penyesuaian diri
remaja terhadap norma sosial mengarah pada dua dimensi, yaitu remaja ingin
diakui keberadaannya dalam masyarakat dan remaja ingin bebas menciptakan
aturan-aturan tersendiri yang lebih sesuai untuk kelompoknya, tetapi menuntut
agar dapat dimengerti dan diterima oleh masyarakat dewasa.
5.
Penyesuaian
Diri Remaja terhadap Waktu Luang
Dalam kontek ini
upaya yang harus dilakukan oleh remaja adalah melakukan penyesuaian antara
dorongan kebebasannya serta inisiatif dan kreativitasnya dengan kegiatan-kegiatan
yang bermanfaat agar dapat berguna bagi dirinya maupun orang lain.
6.
Penyesuaian
Diri Remaja terhadap Uang
Remaja berusaha
untuk mampu bertindak secara proporsional, melakukan penyesuaian antara
kelayakan pemenuhan kebutuhannya dengan kondisi ekonomi orang tuanya.
7.
Penyesuaian
Diri remaja terhadap Kecemasan, Konflik, dan Frustasi
Menurut Signund
Freud (Corey, 1989), strategi yang digunakan untuk mengatasi masalah kecemasan,
konflik, dan frustasi adalah menggunakan mekanisme pertahanan diri (defence mechanism)
seperti kompensasi, rasionalisasi, proyeksi, sublimasi, identifikasi, regresi,
dan fiksasi.
E.
Faktor-faktor
yang mempengaruhi proses penyesuaian remaja
Menurut
Schneiders (1984), setidaknya ada lima faktor yang dapat mempengaruhi proses
penyesuaian diri remaja, yaitu :
1. Kondisi
Fisik
Aspek-aspek yang
berkaitan dengan kondisi fisik serta dapat mempengaruhi penyesuaian diri remaja
adalah (a) hereditas dan konstitusi fisik, (b) sistem uatama tubuh, dan (c)
kesehatan fisik.
2. Kepribadian
Unsur-unsur
kepribadian yang penting pengaruhnya terhadap penyesuaian diri adalah (a)
kemauan dan kemampuan untuk berubah, (b) pengaturan diri, (c) realisasi diri,
dan (d) inteligensi.
3. Proses
Belajar
Unsur-unsur
penting dalam Edukasi atau Pendidikan yang dapat mempengaruhi penyesuaian diri
individu adalah (a) belajar, (b) pengalaman, (c) latihan, dan (d) determinasi
diri.
4. Lingkungan
Faktor
lingkungan sebagai variabel yang berpengaruh terhadap penyesuaian diri sudah
tentu meiputi lingkungan keluaraga, sekolah dan masyarakat.
5. Agama
serta Budaya
Faktor Agama
memberikan sumbangan yang berarti dalam penyesuaian diri individu yaitu beupa
nilai-nilai, keyakinan, praktik-praktik,
tujuan, serta kestabilan dan keseimbangan hidup individu. Selain Agama, Budaya
juga merupakan faktor yang sangat berpengaruh terhadap kehidupan individu. Hal ini terlihat jika
dilihat dari adanya karakteristik budaya yang diwariskan kepada individu
melalui berbagai media dalam lingkungan keluarga, sekolah, maupun masyarakat.
Selain itu, tidak sedikit konflik pribadi, kecemasan, frustasi, serta berbagai
perilaku neurotik atau penyimpangan perilaku yang disebabkan baik secara
langsung maupun tidak langsung oleh budaya sekitar.
F.
Dinamika
penyesuaian diri remaja
Ada
sejumlah faktor psikologis dasar yang memiliki pengaruh kuat terhadap dinamika
penyesuaian diri, yaitu :
1. Kebutuhan
(Need)
Kebutuhan yang
dimaksud merupakan kebutuhan yang bersifat internal. Dalam faktor ini,
penyesuaian diri ditafsirkan sebagai suatu jenis respon yang diarahkan untuk
memenuhi tuntutan yang harus diatasi oleh individu.
2. Motivasi
(Motivation)
Penafsiran
terhadap karakter dan tujuan respons individu dan hubungannya dengan
penyesuaian tergantung pada konsep-konsep yang menerangkan hakikat motivasi.
3. Persepsi
(Perception)
Tidak jarang
persepsi dipahami sebagai suatu pencerminan yang sempurna tentang realitas.
Pengertian persepsi menurut Atkinson dan Hilgard (1983) mengemukakan bahwa
persepsi adalah proses menginterpretasikan dan mengorganisasikan pola-pola
stimulus yang berasal dari lingkungan.
4. Kemampuan
(Capacity)
Pengaruh
perkembangan kemampuan remaja dalam aspek kognitif, afektif, maupun
psikomotorik, juga dapat mewarnai dinamika penyesuaian diri.
a. Kemampuan
kognitif merupakan sarana dasar untuk pengambilan keputusan oleh remaja dalam
melakukan penyesuaian diri.
b. Kemampuan
afeksi menjadi dasar pertimbangan bagi kognisi dalam proses penyesuaian diri
remaja.
c. Kemampuan
psikomotorik menjadi sumber kekuatan yang mendorong remaja untuk melakukan
penyesuaian diri disesuaiakan dengan dorongan dan kebutuhannya.
5. Kepribadian
(Personality)
Dalam hal ini
remaja yang sudah mencapai tahapan berfikir operasional formal, sudah menyadari
akan pentingnya nilai-nilai dan norma yang dapat dijadikan pegangan hidupnya,
sudah mulai berkembang ketertarikan dengan lawan jenis, memiliki kohesivitas
kelompok yang kuat, serta cenderung membangun budaya kelompoknya sendiri. Hal
inilah yang akan memberikan warna tersendiri terhadap dinamika penyesuaian diri
remaja.
G.
Implikasi
proses penyesuain diri remaja bagi pendidikan
Perkembangan
penyesuaian diri remaja yang ditandai dengan dinamika yang sangat tinggi,
membawa implikasi imperatif akan pentingnya intervensi pendidikan yang
dilakukan secara sistematis, serius, dan terprogram guna membantu proses
perkembangannya agar berkembang kearah yang lebih baik. Intervensi edukatif
yang dapat dilakukan antara lain sebagai berikut :
1. Dalam
kehidupan keluarga hendaknya diciptakan interaksi edukatif yang memberikan
perasaan aman bagi remaja untuk memerankan dirinya ikut ambil bagian dalam berbagai kegiatan keluarganya.
2. Orang
tua hendaknya jangan menimbulkan stimulus yang dapat mengembangkan identifikasi
negatif pada remaja karena sesungguhnya orang tua harus dapat dijadikan model
bagi remaja dalam segala tingkah lakunya.
3. Hindarkan
perkembangan identifikasi meyilang pada remaja.
4. Perlu
menciptakan kegiatan-kegiatan yang bersifat edukatif dan didalamnya menuntut
kemampuan remaja untuk melakukan interaksi, proses sosialisasi, dan penyesuaian
diri terhadap diri sendiri, kegiatan yang diikuti, maupun orang lain yang
sama-sama ikut aktif dalam proses kegiatan tersebut.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar