TUGAS
MERESUM
MATERI
HASIL PERKULIAHAN SEMESTER III
Disusun
Guna Memenuhi Tugas Individu Mata Kuliah Kesehatan Mental
Dosen
Pengampu : Lukam Nuh Hakim, M.Pd
Semestera
Gasal
Oleh :
DESI
MAYASARI
1110500037
III
F
BIMBINGAN
DAN KONSELING
FAKULTAS
KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN (FKIP)
UNIVERSITAS
PANCASAKTI TEGAL
2011/2012
RANGKUMAN
MATERI HASIL PERKULIAHAN SEMSTER III
Rangkuman ini terdiri
atas 10 Bab, yaitu mengenai :
1.
Pengertian Kesehatan Mental, Sasaran
Kesehatan Mental, Tujuan Kesehatan Mental, Fungsi dan Manfaat Kesehatan Mental,
Mental Sehat dan Sakit.
2.
Sejarah dan Ruang Lingkup Kesehatan
Mental.
3.
Hubungan Kesehatan Mental dengan
disiplin ilmu lain, yang mencakup :
·
Pendidikan
·
Keluarga
4.
Penyesuaian Diri (Normal dan Sub
Normal).
5.
Integritas Diri, yang mencakup :
·
Emosi
·
Stress
6.
Mekanisme Pertahanan Diri.
7.
Post Power Syndrom.
8.
Kehidupan Modern, meliputi :
·
Ketergantungan Obat
·
Gangguan dan penyakit sex
9.
Penyakit Mental, yang mencakup :
·
Sikoneorosis
·
Sikosis
10.
Kesehatan Mental dan Agama.
BAB
1
Pengertian
Kesehatan Mental, Sasaran Kesehatan Mental, Tujuan Kesehatan Mental, Fungsi dan
Manfaat Kesehatan Mental, Mental Sehat dan Sakit
Materi ini disajikan oleh Novita Gigih P, Puji
Istikhomah, dan Sri murni pada hari Senin, 24 Oktober 2011. Kelompok ini
menyampaikan materi bahwa pengertian Kesehatan Mental menurut Merriam-Webster merupakan
suatu keadaan emosional atau psikologis yang baik dimana individu dapat
memanfaatkan kemampuan kognisi dan emosi, berfungsi dalam komunitasnya, dan
memenuhi kebutuhan hidup.
Selain itu, kelompok tersebut juga menyampaikan
materi mengenai sasaran kesehatan mental, fungsi dan manfaat kesehatan mentalciri-ciri
mental yang sehat dan sakit. Menurut kelompok ini, mempelajari kesehatan mental
amatlah penting. Karena banyak sekali manfaat yang dapat diperoleh dalam
mempelajarinya, tujuan mempelajarinyapun dapat kita rasakan ketika tujuan yang
diharapkan itu tercapai terutama sebagai calon konselor kita harus mampu
mengaplikasikan ilmu kesehatan ini kepada peserta didik kita.
Dari hasil diskusi yang dilakukan, menurut pendapat
kelompok mengenai ciri-ciri mental yang sehat yaitu tidak suka menggosip memang
benar, tetapi pada implikasinya dalam kehidupan sulit sekali untuk berbuat
seperti itu. Menurutnya jika menggosipnya itu benar, tidak apa. Akan tetapi
menggosip sendiri diartikan atau identik dengan omongan yang tidak benar. Jadi
waktu itu ada perdebatan antara si penanya dengan kelompok tersebut.
BAB
2
Sejarah
dan Ruang Lingkup Kesehatan Mental
Materi ini disajikan oleh Bagus Sindoro, Fernanda
Yoga P, Fran Hadi, dan Putro Tri P, pada hari Senin, 24 Oktober 2011. Kalompok
ini mempresentasikan tentang sejarah kesehatan mental sampai perkembangannya
hingga sekarang dan ruang lingkup kesehatan mental. Pada waktu itu kami
berdiskusi dengan kelompok ini mengenai bagaimana awal penemuan tentang
penyakit mental, pengertian tentang kepercayaan animisme dan naturalisme,
bagaimana jika kita menjumpai seorang yang pobia.
Awal penemuan mengenai penyakit mental ini, berawal
dari kumpulan orang yang bergerombol dan saling berdiskusi, disitu menemukan
suatu keanehan, disitulah awalnya ditemukan. Namun sesungguhnya awal penemuan
penyakit mental ini berawal dari Amerika Serikat.
Animisme merupakan suatu kepercayaan terhadap
roh-roh ghaib, sedangkan naturalisme yaitu suatu kepercayaan terhadap
pepohonan, atau yang berkaitan dengan alam.
Jika kita menjumpai orang yang pobia dengan air,
maka janganlah orang itu dijauhkan dari air, kalau dia semakin menghindari
semakin sulit untuk bersahabat dengan air. Jadi terapinya dilatih sedikit demi
sedikit untuk beradaptasi dengan air, supaya nantinya menjadi terbiasa.
BAB
3
Hubungan
Kesehatan Mental dengan disiplin ilmu lain (Pendidikan dan Keluarga)
Materi ini disajikan oleh Ali Mukhson, Mamluatul
Hikmah, dan Resty Ningsih pada hari Senin, 31 Oktober 2011. Pada saat itu, kelompok
ini tidak mempresentasikan mengenai Hubungan Kesehatan Mental dengan disiplin
ilmu lain (Pendidikan dan Keluarga) melainkan pengertian kesehatan mental,
tujuan kesehatan mental, dan dasar berperilaku negatif. Jadi materi yang
disajikan dengan judul materinya tidak sejalur.
Pada saat proses diskusi berlangsung, dibahas
mengenai aplikasi kesehatan mental terhadap keluarga(peran orang tua), hubungan
kesehatan mental dengan pendidikan, dan langkah-langkah penanganan dalam
masalah kesehatan mental.
Disini dijelaskan bahwa peran orang tua dalam
aplikasi kesehatan mental terhadap keluarga dapat direalisasikan dalam bentuk
komunikasi yang baik antar anggota keluarga, nasehat-nasehat yang diberikan
orang tua, dan motivasi yang dibangun untuk setiap anak-anaknya. Semua anggota
keluarga harus menjalin hubungan yang baik. Terutama orang tua harus dapat
memberikan contoh yang baik terhadap anaknya. Orang tua merupakan teladan bagi
anak-anaknya.
Hubungan kesehatan mental dengan pendidikan penting,
karena kesehatan merupakan kunci melaksanakan segala aktivitas manusia. Jika
kita tidak sehat, kita tidak dapat melaksanakan tugas-tugas yang harus
dilakukan oleh kita.
BAB
4
Penyesuaian
Diri (Normal dan Sub Normal)
Materi ini disajikan oleh Firda Nurhidayah Afianti,
Mintasih Nugraeni, dan Yuliaty pada hari Senin, 31 Oktober 2011. Kelompok ini
menyampaikan materi mengenai Penyesuaian Diri yang Normal dan Abnormal.
Kemudian kami berdiskusi mengenai
pendekatan apa yang digunakan untuk mengetahui seseorang termasuk dalam
kategori sehat mental, apa yang dilakukan oleh Guru BK untuk membantu siswanya
(abnormal) dalam melakukan penyesuaian diri, dan apa maksud dari kata
samar-samar pada kalimat “pada hakekatnya konsep mengenai normalitas dan
abnormalitas itu sangat samar-samar batasannya”.
Pendekatan yang digunakan untuk menetahui seseorang
termasuk dalam kategori sehat mental adalah pendekatan statistik, pendekatan
normatif (melalui tingkah laku), pendekatan stress subyektif, pendekatan fungsi
(mampu atau tidaknya seseorang dalam menjalankan tugas hariannya), dan
pendekatan interpersonal.
Kemudian langkah yang dilakukan oleh Guru BK dalam
membantu siswanya yang abnormal adalah dengan memberi dorongan dan motivasi
untuk lebih bersemangat bahwa ia bisa menjadi lebih baik ataupun mempunyai kelebihan
lain dibandingankan teman-teman lainnya, serta membantu siswa tersebut agar
dapat diterima dengan baik dilingkungan tempat ia berada. Kita tidak boleh
mengejek ataupun mengasingkannya, karena bagaimanapun meraka butuh penyesuaian.
Diskusi terakir dalam kelompok ini dibahas mengenai
“samar-samar”, maksudnya bahwa kita sulit membedakan antara yang normal dan
abnormal.
BAB
5
Integritas
Diri (Emosi dan Stress)
Materi ini disajikan oleh Desi Mayasari, Dian
Ristiana, dan Siti Herlina pada hari senin, 7 November 2011. Kebetulan yang
menyajikan materi ini adalah kelompok saya. Kami membahas mengenai pengertian
integritas diri, tips membangun integritas diri, jenis-jenis integritas diri,
pengertian emosi, sebab-sebab emosi, cara meredakan emosi, pengertian stress,
penyebab stress, gejala stress, cara meredakan stress, dan tahap-tahap stres.
Tips untuk membangun integritas diri sangat penting,
karena berkaitan dengan peilaku dan sikap kita sehari-hari. Tips-tips tersebut
adalah 1). Selalu menepati janji, 2).taat asas, tidak plin-plan, 3). Komitmen
dipegang teguh dan bertanggung jawab, 4). Satu kata, satu perbuatan, 5). Jujur
dan terbuka, 6). Menghargai waktu, 7). Menjaga prinsip dan nilai-nilai yang
diyakini.
Menurut kelompok kami, pengertian integritas diri
adalah perilaku seseorang sebagai wujud pemikiran, tindakan ataupun perasaan
seseorang secara naluri tanpa adanya rekayasa yang dibuat. Emosi merupakan
keadaan mental yang hebat dan meluap-luap akibat rangsangan dari luar dirinya.
Sedangkan pengertian stress merupakan suatu keadaan atau gejolak jiwa yang
terjadi ketika pikiran seseorang tidak tenang karena adanya suatu problem yang
terjadi pada dirinya.
Pada saat proses diskusi berlangsung, kami membahas
mengenai macam-macam emosi, yaitu kecemasan, rasa bersalah dan rasa khawatir,
rasa takut, marah, cemburu, kesedihan, dan kedudukan. Sedangkan tahap-tahap
stress itu sendiri ada 3, yaitu tahap sinyal (alarm), tahap perlawanan
(resistance), tahap keletihan (exhaustion).
Salah satu penyebab stress adalah faktor
sosio-kultural, maksudnya adalah perubahan sosio ekonomi dan sosio budaya yang
datang secara cepat dan bertubi-tubi yang terjadi dalam kehidupan manusia dan
menyebabkan manusia menjadi koncang pikirannya. Meraka ingin hidup seperti
orang lain, misalnya temannya mempunyai mobil baru, maka ia juga mengingingkan
itu. Sehingga menimbulkan persaingan keras dan tidak sehat, diskriminasi,
terkadang rumah tangga yang kurang harmonis dapat menjadikan perceraian karena
tidak kuat dengan konflik-konflik yang dihadapinya.
BAB
6
Mekanisme
Pertahanan Diri
Materi ini disajikan oleh Eki Fransisto, Fikri Muis
Ali, dan Sugiyono pada hari senin, 13 Desember 2011. Kelompok ini menjelaskan
mengenai mekanisme pertahanan diri. Pada saat proses diskusi berlangsung, dibahas
mengenai implikasi mekanisme pertahanan diri dari seorang konselor terhadap
klientnya, apa yang dimaksud mengenai sifat atau karakteristik mekanisme
pertahanan diri yang kurang realistis, apakah mekanisme pertahanan salah satu kalimat yang dijelaskan adalah
mengenai mekanisme pertahanan diri tidak dapat merubah keadaan yang sesungguhnya
tetapi hanya bisa merubah cara persepsi saja.
Mekanisme pertahanan diri diartikan bukan dalam
bentuk fisik, tetapi psikologis yang berupa konflik dan penyelesaian. Mekanisme
pertahanan diri timbul dari diri sendiri bukan orang lain, sehingga konselor
hanya mengarahkan untuk memperkuat langkah atau tindakan yang diambil supaya
jelas arah dan tujuannya. Tindakan yang dilakukan oleh siswa adalah menutupi
kelemahan dengan kelebihannya (misalnya : dia masuk IPS karena menganggap
dirinya lemah dalam bidang sains, dan dia akan menonjol pada jurusan IPS),
sedangkan usaha yang dilakukan oleh konselor adalah mengarahkan agar siswanya
menjelekkan kelemahan sebagai masalah, serta konselor jangan menilai siswa dari
sisi negatifnya tetapi harus dari sisi positifnya juaga harus diperhatikan.
Implikasi mekanisme pertahanan diri dari seorang
konselor terhadap klientnya(siswa) adalah konselor menunjukkan hasil tes
psikotes yang telah diadakan disekolahan tersebut sebagai bekal untuk mengarahkan
masuk pada jurusan apa, yaitu IPA, IPS, maupun Bahasa.
Sifat atau karakteristik mekanisme pertahanan diri
yang kurang realistis maksudnya adalah
mekanisme pertahanan diri bersifat negatif (apa yang dikatakan tidak
nyata).
Mekanisme pertahanan diri tidak dapat merubah
keadaan yang sesungguhnya tetapi hanya bisa merubah cara persepsi individu,
yaitu menggunakan teknik konseling Rasional-emotif. Dengan cara konselor
mengajak klient untuk berfikir positif agar ia sedar bahwa apa yang dilakukan
itu sebenarnya salah dan tidak sesuai dengan persepsi orang lain.
BAB
7
Post
Power Syndrom
Materi ini disajikan oleh Firda Nurhidayah Afiyanti,
Nur Indah Fitriyani, dan Santi Winda Lestari. Meraka menyajikan materi mengenai
Post Power Syndrom. Post-Power Syndrom adalah gejala yang terjadi dimana
penderita hidup dalam bayang-bayang kebesaran masa lalunya (karirnya,
kecantikannya, ketampanannya, kecerdasannya, atau hal lain), dan seakan-akan
tidak bisa memandang realita yang ada pada saat ini. Orang yang mengalami post
power syndrom biasanya merasa kecewa, bingung, kesepian, ragu-ragu, khawatir,
takut, putus asa, ketergantungan, selain itu harga dirinya mmenurun, merasa tidak lagi
dihormati dan terpisah dari kelompok. Namunsemua itu tidak disadarinya.
Post Power Syndrom hampir selalu dialami terutama
orang yang sudah lanjut usia dan pensiun dari pekerjaannya. Hanya saja banyak
orang yang berhasil melaui fase ini dengan cepat dan dapat menerima kenyataan
dengan hati yang lapang.
Menurut kelompok ini, penyakit mental Post Power
syndrom dapat disembuhkan karena penyakit ini merupakan penyakit yang
berhubungan dengan tekanan-tekanan dalam batinnya yang menyebabkan stress dan
jiwanya terganggu sehingga menyebabkan banyak pikiran pada penderitanya. Dan salah
satu cara untuk menyembuhkannya dengan cara menghibur dan berkonsultasi dengan
psikiater.
BAB
8
Kehidupan
Modern (Ketergantungan Obat, Gangguan dan Penyakit Sex)
Materi ini disajikan oleh Moh. Aliy Murtopo, Rizki
Amaliyah, dan Saeful Anwar, pada hari Senin, 19 Desember 2011. Kelompok ini
menyajikan materi mengenai definisi ketergantungan obat, gejala putus obat,
penyalahgunaan obat, ketergantungan obat, gangguan dan penyakit seks, serta
jenis penyakit reproduksi manusia.
Di era modern sekarang ini banyak remaja yang
menyalah gunakan fungsi dan tugas perkembangannya. Seringkali mereka melakukan
perbuatan yang tidak senonoh dan tidak sepantasnya untuk dilakukan, seperti
ketergantungan obat, gangguan dan penyakit seks. Ketergantungan obat merupakan kebutuhan
yang apabila memakainya dapat membawa perubahan yang terhadap perasaan atau
kejiwaan dirinya. Efek yang ditimbulkan dari penyalahgunaan obat yang membuat
fungsi perilaku tidak wajar dan membawa ketidak senangan dilingkungan sekitar.
Sehingga sering kali mereka membuat keresahan lingkungan sekitar.
Jenis-jenis gangguan dan penyakit seks adalah
Hiperseks, Priapism, Seksomia, Prafilia, Persisten Sexual Arousal Syndrome.
Dari kedua penyimpangan tersebut dapat menjadikan seseorang nama baiknya
menjadi tidak baik di masyarakat ataupun lingkungan sekitar. Biasanya mereka
suka bertindak semaunya sendiri tanpa memikirkan orang lain.
BAB
9
Penyakit
Mental (Psikoneorosis dan Psikosis)
Materi penyakit mental ini disajikan oleh Afif Nurul
Iman, Eko Ari Wibowo, Isti Rochanah, dan Lia Ihliana pada hari Senin, 19
Desember 2011. Menurut kelompok ini, penyakit mental adalah penyakit yang
menyerang psikologi yang disebabkan oleh berbagai macam faktor, misalnya faktor
lingkungan.
Disini dijelaskan bahwa macam-macam penyakit mental
ada 2, yaitu penyakit psikosis dan penyakit non psikosis (neurosis). Psikosis
merupakan gangguan kejiwaan (kelainan keoribadian) yang meliputi keseluruhan
kepribadian (emosi, berfikir, dan sebagainya). Sedangkan neurosis merupakan
gangguan yang terjadi hanya pada sebagian dari kepribadian.
Secara teoritis psikoisis terbagi atas 2 golongan besar,
yaitu psikosis fungsional dan psikosis organic. Kemudian macam-macam penyakit
neurosis adalah neurosis cemas, neurosis histeria, neurosis fobia, neurosis
obsesif-kompulsif, neurosis debresif, dan neurasthenia.
Konsepsi salah mengenai
kesehatan mental :
1.
Hereditas (Warisan)
2.
Tidak dapat disembuhkan
80%
dapat disembuhkan, namun hanya 40% lah yang dapat sembuh secara keseluruhan.
3.
Menyerang dengan tiba-tiba
Sesungguhnya
bibit dari gangguan mental pada diri seseorang sudah ada, tidak ada krisis yang
tunggal dalam kehidupan manusia menjadi satu-satunya sebab.
4.
Satu noda hitam
Konsep
yang berlebih-lebihan produk dari tekanan kehidupan yang sehari-hari.
5.
Satu peristiwa tunggal
Merupakan
banyak sebab, kompleks, dan saling mengkait.
6.
Seks sebab penyakit mental
·
Ikut serta sebab penyakit mental,
·
Seks yang abnormal.
BAB
10
Kesehatan
Mental dan Agama
Kelompok yang menjelaskan
tentang Kesehatan Mental dan Agama adalah Andri Mutadillah, Bambang Wiryanto,
dan Dwi Arisqianto pada hari Senin, 19 Desember 2011. Dijelaskan bahwa
teori-teori yang berkembang pada kesehatan mental bersifat sekuler, menghadapi
masalah dan menjalani kehidupan hanya berorientasi pada konsep sekarang ini dan
disini. Sedangkan konsep kesehatan berlandaskan agama yang memiliki konsep
jangka panjang dan tidak hanya berorientasi pada masa kini sekarang dan disini.
Menurut kelompok ini
bahwa pengertian konseling agama merupakan usaha pemberian bantuan kepada
seseorang yang mengalami kesulitan baik lahiriah maupun batiniah yang
menyangkut kehidupannya dimasa kini dan dimasa mendatang.
Solusi terbaik untuk
menyelesaikan masalah-masalah kesehatan mental adalah dengan mengamalkan
nilai-nilai agama dalam kehidupan sehari-hari, kesehatan mental seseorang dapat
ditandai dengan kemampuan orang tersebut dalam penyesuaian diri dengan
lingkungannya, mampu mengembangkan potensi yang terdapat dalam dirinya sendiri
semaksimal mungkin untuk menggapai ridho Allah SWT, serta dengan mengembangkan
seluruh aspek kecerdasan, baik kecerdasan spiritual, emosi maupun kecerdasan
intelektual. Konsep kesehatan mental dalam agama Islam mencakup rukun islam,
yaitu :
a.
Syahadat
Merupakan
perjanjian atau komitmen dalam diri seseorang. Komitmen disini artinya hubungan
seseorang dengan Allah SWT.
b.
Sholat
Sesungguhnya
sholat dapat menjadikan hati kita tenang dan tentram. Segala penat yang ada
dipikiran dapat terealisasikan.
c.
Puasa
d.
Zakat
e.
Naik haji
Tidak ada komentar:
Posting Komentar