Senin, 02 Juli 2012

INGATAN QUWH


TUGAS MERESUM
MATERI HASIL PERKULIAHAN SEMESTER III

Disusun Guna Memenuhi Tugas Individu Mata Kuliah Kesehatan Mental
Dosen Pengampu : Lukam Nuh Hakim, M.Pd
Semestera Gasal



Description: E:\LOGO UPS\Logo_UPS[1].jpg

Oleh :
DESI MAYASARI
1110500037
III F

BIMBINGAN DAN KONSELING
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN (FKIP)
UNIVERSITAS PANCASAKTI TEGAL
2011/2012

RANGKUMAN MATERI HASIL PERKULIAHAN SEMSTER III

Rangkuman ini terdiri atas 10 Bab, yaitu mengenai :         
1.      Pengertian Kesehatan Mental, Sasaran Kesehatan Mental, Tujuan Kesehatan Mental, Fungsi dan Manfaat Kesehatan Mental, Mental Sehat dan Sakit.
2.      Sejarah dan Ruang Lingkup Kesehatan Mental.
3.      Hubungan Kesehatan Mental dengan disiplin ilmu lain, yang mencakup :
·         Pendidikan
·         Keluarga
4.      Penyesuaian Diri (Normal dan Sub Normal).
5.      Integritas Diri, yang mencakup :
·         Emosi
·         Stress
6.      Mekanisme Pertahanan Diri.
7.      Post Power Syndrom.
8.      Kehidupan Modern, meliputi :
·         Ketergantungan Obat
·         Gangguan dan penyakit sex
9.      Penyakit Mental, yang mencakup :
·         Sikoneorosis
·         Sikosis
10.  Kesehatan Mental dan Agama.








BAB 1
Pengertian Kesehatan Mental, Sasaran Kesehatan Mental, Tujuan Kesehatan Mental, Fungsi dan Manfaat Kesehatan Mental, Mental Sehat dan Sakit

Materi ini disajikan oleh Novita Gigih P, Puji Istikhomah, dan Sri murni pada hari Senin, 24 Oktober 2011. Kelompok ini menyampaikan materi bahwa pengertian Kesehatan Mental menurut Merriam-Webster merupakan suatu keadaan emosional atau psikologis yang baik dimana individu dapat memanfaatkan kemampuan kognisi dan emosi, berfungsi dalam komunitasnya, dan memenuhi kebutuhan hidup.
Selain itu, kelompok tersebut juga menyampaikan materi mengenai sasaran kesehatan mental, fungsi dan manfaat kesehatan mentalciri-ciri mental yang sehat dan sakit. Menurut kelompok ini, mempelajari kesehatan mental amatlah penting. Karena banyak sekali manfaat yang dapat diperoleh dalam mempelajarinya, tujuan mempelajarinyapun dapat kita rasakan ketika tujuan yang diharapkan itu tercapai terutama sebagai calon konselor kita harus mampu mengaplikasikan ilmu kesehatan ini kepada peserta didik kita.
Dari hasil diskusi yang dilakukan, menurut pendapat kelompok mengenai ciri-ciri mental yang sehat yaitu tidak suka menggosip memang benar, tetapi pada implikasinya dalam kehidupan sulit sekali untuk berbuat seperti itu. Menurutnya jika menggosipnya itu benar, tidak apa. Akan tetapi menggosip sendiri diartikan atau identik dengan omongan yang tidak benar. Jadi waktu itu ada perdebatan antara si penanya dengan kelompok tersebut.


BAB 2
Sejarah dan Ruang Lingkup Kesehatan Mental

Materi ini disajikan oleh Bagus Sindoro, Fernanda Yoga P, Fran Hadi, dan Putro Tri P, pada hari Senin, 24 Oktober 2011. Kalompok ini mempresentasikan tentang sejarah kesehatan mental sampai perkembangannya hingga sekarang dan ruang lingkup kesehatan mental. Pada waktu itu kami berdiskusi dengan kelompok ini mengenai bagaimana awal penemuan tentang penyakit mental, pengertian tentang kepercayaan animisme dan naturalisme, bagaimana jika kita menjumpai seorang yang pobia.
Awal penemuan mengenai penyakit mental ini, berawal dari kumpulan orang yang bergerombol dan saling berdiskusi, disitu menemukan suatu keanehan, disitulah awalnya ditemukan. Namun sesungguhnya awal penemuan penyakit mental ini berawal dari Amerika Serikat.
Animisme merupakan suatu kepercayaan terhadap roh-roh ghaib, sedangkan naturalisme yaitu suatu kepercayaan terhadap pepohonan, atau yang berkaitan dengan alam.
Jika kita menjumpai orang yang pobia dengan air, maka janganlah orang itu dijauhkan dari air, kalau dia semakin menghindari semakin sulit untuk bersahabat dengan air. Jadi terapinya dilatih sedikit demi sedikit untuk beradaptasi dengan air, supaya nantinya menjadi terbiasa.


BAB 3
Hubungan Kesehatan Mental dengan disiplin ilmu lain (Pendidikan dan Keluarga)

Materi ini disajikan oleh Ali Mukhson, Mamluatul Hikmah, dan Resty Ningsih pada hari Senin, 31 Oktober 2011. Pada saat itu, kelompok ini tidak mempresentasikan mengenai Hubungan Kesehatan Mental dengan disiplin ilmu lain (Pendidikan dan Keluarga) melainkan pengertian kesehatan mental, tujuan kesehatan mental, dan dasar berperilaku negatif. Jadi materi yang disajikan dengan judul materinya tidak sejalur.
Pada saat proses diskusi berlangsung, dibahas mengenai aplikasi kesehatan mental terhadap keluarga(peran orang tua), hubungan kesehatan mental dengan pendidikan, dan langkah-langkah penanganan dalam masalah kesehatan mental.
Disini dijelaskan bahwa peran orang tua dalam aplikasi kesehatan mental terhadap keluarga dapat direalisasikan dalam bentuk komunikasi yang baik antar anggota keluarga, nasehat-nasehat yang diberikan orang tua, dan motivasi yang dibangun untuk setiap anak-anaknya. Semua anggota keluarga harus menjalin hubungan yang baik. Terutama orang tua harus dapat memberikan contoh yang baik terhadap anaknya. Orang tua merupakan teladan bagi anak-anaknya.
Hubungan kesehatan mental dengan pendidikan penting, karena kesehatan merupakan kunci melaksanakan segala aktivitas manusia. Jika kita tidak sehat, kita tidak dapat melaksanakan tugas-tugas yang harus dilakukan oleh kita.


BAB 4
Penyesuaian Diri (Normal dan Sub Normal)

Materi ini disajikan oleh Firda Nurhidayah Afianti, Mintasih Nugraeni, dan Yuliaty pada hari Senin, 31 Oktober 2011. Kelompok ini menyampaikan materi mengenai Penyesuaian Diri yang Normal dan Abnormal. Kemudian  kami berdiskusi mengenai pendekatan apa yang digunakan untuk mengetahui seseorang termasuk dalam kategori sehat mental, apa yang dilakukan oleh Guru BK untuk membantu siswanya (abnormal) dalam melakukan penyesuaian diri, dan apa maksud dari kata samar-samar pada kalimat “pada hakekatnya konsep mengenai normalitas dan abnormalitas itu sangat samar-samar batasannya”.
Pendekatan yang digunakan untuk menetahui seseorang termasuk dalam kategori sehat mental adalah pendekatan statistik, pendekatan normatif (melalui tingkah laku), pendekatan stress subyektif, pendekatan fungsi (mampu atau tidaknya seseorang dalam menjalankan tugas hariannya), dan pendekatan interpersonal.
Kemudian langkah yang dilakukan oleh Guru BK dalam membantu siswanya yang abnormal adalah dengan memberi dorongan dan motivasi untuk lebih bersemangat bahwa ia bisa menjadi lebih baik ataupun mempunyai kelebihan lain dibandingankan teman-teman lainnya, serta membantu siswa tersebut agar dapat diterima dengan baik dilingkungan tempat ia berada. Kita tidak boleh mengejek ataupun mengasingkannya, karena bagaimanapun meraka butuh penyesuaian.
Diskusi terakir dalam kelompok ini dibahas mengenai “samar-samar”, maksudnya bahwa kita sulit membedakan antara yang normal dan abnormal.


BAB 5
Integritas Diri (Emosi dan Stress)

Materi ini disajikan oleh Desi Mayasari, Dian Ristiana, dan Siti Herlina pada hari senin, 7 November 2011. Kebetulan yang menyajikan materi ini adalah kelompok saya. Kami membahas mengenai pengertian integritas diri, tips membangun integritas diri, jenis-jenis integritas diri, pengertian emosi, sebab-sebab emosi, cara meredakan emosi, pengertian stress, penyebab stress, gejala stress, cara meredakan stress, dan tahap-tahap stres.
Tips untuk membangun integritas diri sangat penting, karena berkaitan dengan peilaku dan sikap kita sehari-hari. Tips-tips tersebut adalah 1). Selalu menepati janji, 2).taat asas, tidak plin-plan, 3). Komitmen dipegang teguh dan bertanggung jawab, 4). Satu kata, satu perbuatan, 5). Jujur dan terbuka, 6). Menghargai waktu, 7). Menjaga prinsip dan nilai-nilai yang diyakini.
Menurut kelompok kami, pengertian integritas diri adalah perilaku seseorang sebagai wujud pemikiran, tindakan ataupun perasaan seseorang secara naluri tanpa adanya rekayasa yang dibuat. Emosi merupakan keadaan mental yang hebat dan meluap-luap akibat rangsangan dari luar dirinya. Sedangkan pengertian stress merupakan suatu keadaan atau gejolak jiwa yang terjadi ketika pikiran seseorang tidak tenang karena adanya suatu problem yang terjadi pada dirinya.
Pada saat proses diskusi berlangsung, kami membahas mengenai macam-macam emosi, yaitu kecemasan, rasa bersalah dan rasa khawatir, rasa takut, marah, cemburu, kesedihan, dan kedudukan. Sedangkan tahap-tahap stress itu sendiri ada 3, yaitu tahap sinyal (alarm), tahap perlawanan (resistance), tahap keletihan (exhaustion).
Salah satu penyebab stress adalah faktor sosio-kultural, maksudnya adalah perubahan sosio ekonomi dan sosio budaya yang datang secara cepat dan bertubi-tubi yang terjadi dalam kehidupan manusia dan menyebabkan manusia menjadi koncang pikirannya. Meraka ingin hidup seperti orang lain, misalnya temannya mempunyai mobil baru, maka ia juga mengingingkan itu. Sehingga menimbulkan persaingan keras dan tidak sehat, diskriminasi, terkadang rumah tangga yang kurang harmonis dapat menjadikan perceraian karena tidak kuat dengan konflik-konflik yang dihadapinya.


BAB 6
Mekanisme Pertahanan Diri

Materi ini disajikan oleh Eki Fransisto, Fikri Muis Ali, dan Sugiyono pada hari senin, 13 Desember 2011. Kelompok ini menjelaskan mengenai mekanisme pertahanan diri. Pada saat proses diskusi berlangsung, dibahas mengenai implikasi mekanisme pertahanan diri dari seorang konselor terhadap klientnya, apa yang dimaksud mengenai sifat atau karakteristik mekanisme pertahanan diri yang kurang realistis, apakah mekanisme pertahanan  salah satu kalimat yang dijelaskan adalah mengenai mekanisme pertahanan diri tidak dapat merubah keadaan yang sesungguhnya tetapi hanya bisa merubah cara persepsi saja.
Mekanisme pertahanan diri diartikan bukan dalam bentuk fisik, tetapi psikologis yang berupa konflik dan penyelesaian. Mekanisme pertahanan diri timbul dari diri sendiri bukan orang lain, sehingga konselor hanya mengarahkan untuk memperkuat langkah atau tindakan yang diambil supaya jelas arah dan tujuannya. Tindakan yang dilakukan oleh siswa adalah menutupi kelemahan dengan kelebihannya (misalnya : dia masuk IPS karena menganggap dirinya lemah dalam bidang sains, dan dia akan menonjol pada jurusan IPS), sedangkan usaha yang dilakukan oleh konselor adalah mengarahkan agar siswanya menjelekkan kelemahan sebagai masalah, serta konselor jangan menilai siswa dari sisi negatifnya tetapi harus dari sisi positifnya juaga harus diperhatikan.
Implikasi mekanisme pertahanan diri dari seorang konselor terhadap klientnya(siswa) adalah konselor menunjukkan hasil tes psikotes yang telah diadakan disekolahan tersebut sebagai bekal untuk mengarahkan masuk pada jurusan apa, yaitu IPA, IPS, maupun Bahasa.
Sifat atau karakteristik mekanisme pertahanan diri yang kurang realistis maksudnya adalah  mekanisme pertahanan diri bersifat negatif (apa yang dikatakan tidak nyata).
Mekanisme pertahanan diri tidak dapat merubah keadaan yang sesungguhnya tetapi hanya bisa merubah cara persepsi individu, yaitu menggunakan teknik konseling Rasional-emotif. Dengan cara konselor mengajak klient untuk berfikir positif agar ia sedar bahwa apa yang dilakukan itu sebenarnya salah dan tidak sesuai dengan persepsi orang lain.


BAB 7
Post Power Syndrom

Materi ini disajikan oleh Firda Nurhidayah Afiyanti, Nur Indah Fitriyani, dan Santi Winda Lestari. Meraka menyajikan materi mengenai Post Power Syndrom. Post-Power Syndrom adalah gejala yang terjadi dimana penderita hidup dalam bayang-bayang kebesaran masa lalunya (karirnya, kecantikannya, ketampanannya, kecerdasannya, atau hal lain), dan seakan-akan tidak bisa memandang realita yang ada pada saat ini. Orang yang mengalami post power syndrom biasanya merasa kecewa, bingung, kesepian, ragu-ragu, khawatir, takut, putus asa, ketergantungan, selain itu  harga dirinya mmenurun, merasa tidak lagi dihormati dan terpisah dari kelompok. Namunsemua itu tidak disadarinya.
Post Power Syndrom hampir selalu dialami terutama orang yang sudah lanjut usia dan pensiun dari pekerjaannya. Hanya saja banyak orang yang berhasil melaui fase ini dengan cepat dan dapat menerima kenyataan dengan hati yang lapang.
Menurut kelompok ini, penyakit mental Post Power syndrom dapat disembuhkan karena penyakit ini merupakan penyakit yang berhubungan dengan tekanan-tekanan dalam batinnya yang menyebabkan stress dan jiwanya terganggu sehingga menyebabkan banyak pikiran pada penderitanya. Dan salah satu cara untuk menyembuhkannya dengan cara menghibur dan berkonsultasi dengan psikiater.


BAB 8
Kehidupan Modern (Ketergantungan Obat, Gangguan dan Penyakit Sex)

Materi ini disajikan oleh Moh. Aliy Murtopo, Rizki Amaliyah, dan Saeful Anwar, pada hari Senin, 19 Desember 2011. Kelompok ini menyajikan materi mengenai definisi ketergantungan obat, gejala putus obat, penyalahgunaan obat, ketergantungan obat, gangguan dan penyakit seks, serta jenis penyakit reproduksi manusia.
Di era modern sekarang ini banyak remaja yang menyalah gunakan fungsi dan tugas perkembangannya. Seringkali mereka melakukan perbuatan yang tidak senonoh dan tidak sepantasnya untuk dilakukan, seperti ketergantungan obat, gangguan dan penyakit seks. Ketergantungan obat merupakan kebutuhan yang apabila memakainya dapat membawa perubahan yang terhadap perasaan atau kejiwaan dirinya. Efek yang ditimbulkan dari penyalahgunaan obat yang membuat fungsi perilaku tidak wajar dan membawa ketidak senangan dilingkungan sekitar. Sehingga sering kali mereka membuat keresahan lingkungan sekitar.
Jenis-jenis gangguan dan penyakit seks adalah Hiperseks, Priapism, Seksomia, Prafilia, Persisten Sexual Arousal Syndrome. Dari kedua penyimpangan tersebut dapat menjadikan seseorang nama baiknya menjadi tidak baik di masyarakat ataupun lingkungan sekitar. Biasanya mereka suka bertindak semaunya sendiri tanpa memikirkan orang lain.


BAB 9
Penyakit Mental (Psikoneorosis dan Psikosis)

Materi penyakit mental ini disajikan oleh Afif Nurul Iman, Eko Ari Wibowo, Isti Rochanah, dan Lia Ihliana pada hari Senin, 19 Desember 2011. Menurut kelompok ini, penyakit mental adalah penyakit yang menyerang psikologi yang disebabkan oleh berbagai macam faktor, misalnya faktor lingkungan.
Disini dijelaskan bahwa macam-macam penyakit mental ada 2, yaitu penyakit psikosis dan penyakit non psikosis (neurosis). Psikosis merupakan gangguan kejiwaan (kelainan keoribadian) yang meliputi keseluruhan kepribadian (emosi, berfikir, dan sebagainya). Sedangkan neurosis merupakan gangguan yang terjadi hanya pada sebagian dari kepribadian.
Secara teoritis psikoisis terbagi atas 2 golongan besar, yaitu psikosis fungsional dan psikosis organic. Kemudian macam-macam penyakit neurosis adalah neurosis cemas, neurosis histeria, neurosis fobia, neurosis obsesif-kompulsif, neurosis debresif, dan neurasthenia.
Konsepsi salah mengenai kesehatan mental :
1.      Hereditas (Warisan)
2.      Tidak dapat disembuhkan
80% dapat disembuhkan, namun hanya 40% lah yang dapat sembuh secara keseluruhan.
3.      Menyerang dengan tiba-tiba
Sesungguhnya bibit dari gangguan mental pada diri seseorang sudah ada, tidak ada krisis yang tunggal dalam kehidupan manusia menjadi satu-satunya sebab.
4.      Satu noda hitam
Konsep yang berlebih-lebihan produk dari tekanan kehidupan yang sehari-hari.
5.      Satu peristiwa tunggal
Merupakan banyak sebab, kompleks, dan saling mengkait.
6.      Seks sebab penyakit mental
·         Ikut serta sebab penyakit mental,
·         Seks yang abnormal.


BAB 10
Kesehatan Mental dan Agama

Kelompok yang menjelaskan tentang Kesehatan Mental dan Agama adalah Andri Mutadillah, Bambang Wiryanto, dan Dwi Arisqianto pada hari Senin, 19 Desember 2011. Dijelaskan bahwa teori-teori yang berkembang pada kesehatan mental bersifat sekuler, menghadapi masalah dan menjalani kehidupan hanya berorientasi pada konsep sekarang ini dan disini. Sedangkan konsep kesehatan berlandaskan agama yang memiliki konsep jangka panjang dan tidak hanya berorientasi pada masa kini sekarang dan disini.
Menurut kelompok ini bahwa pengertian konseling agama merupakan usaha pemberian bantuan kepada seseorang yang mengalami kesulitan baik lahiriah maupun batiniah yang menyangkut kehidupannya dimasa kini dan dimasa mendatang.
Solusi terbaik untuk menyelesaikan masalah-masalah kesehatan mental adalah dengan mengamalkan nilai-nilai agama dalam kehidupan sehari-hari, kesehatan mental seseorang dapat ditandai dengan kemampuan orang tersebut dalam penyesuaian diri dengan lingkungannya, mampu mengembangkan potensi yang terdapat dalam dirinya sendiri semaksimal mungkin untuk menggapai ridho Allah SWT, serta dengan mengembangkan seluruh aspek kecerdasan, baik kecerdasan spiritual, emosi maupun kecerdasan intelektual. Konsep kesehatan mental dalam agama Islam mencakup rukun islam, yaitu :
a.       Syahadat
Merupakan perjanjian atau komitmen dalam diri seseorang. Komitmen disini artinya hubungan seseorang dengan Allah SWT.
b.      Sholat
Sesungguhnya sholat dapat menjadikan hati kita tenang dan tentram. Segala penat yang ada dipikiran dapat terealisasikan.
c.       Puasa
d.      Zakat
e.       Naik haji

Tidak ada komentar:

Posting Komentar