MAKALAH
MODEL-MODEL
PEMBELAJARAN SOSIAL
Disusun guna memenuhi Tugas Individu Mata Kuliah
Belajar dan Pembelajaran
Dosen Pengampu :
Suriswo, M.Pd
Oleh :
Desi Mayasari
1110500037
III F
BIMBINGAN DAN
KONSELING
FAKULTAS
KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS
PANCASAKTI TEGAL
2011
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam kegiatan pembelajaran tidak terlepas dari berbagai variabel pokok
yang saling berkaitan yaitu kurikulum, guru atau pendidik, pembelajaran,
peserta. Dimana semua komponen ini bertujuan untuk kepentingan peserta.
Berdasarkan hal tersebut pendidik dituntut harus mampu menggunakan berbagai
model pembelajaran agar peserta didik dapat melakukan kegiatan belajar. Hal ini
dilatar belakangi bahwa peserta didik bukan hanya sebagai objek tetapi juga
merupakan subjek dalam pembelajaran. Peserta didik harus disiapkan sejak awal
untuk mampu bersosialisasi dengan lingkungannya sehingga berbagai jenis model
pembelajaran yang dapat digunakan oleh pendidik.
Model pembelajaran sosisal merupakan pendekatan pembelajaran yang dapat
digunakan di kelas dengan melibatkan peserta didik secara penuh (student
center) sehingga peserta didik memperoleh pengalaman dalam menuju kedewasaan,
peserta dapat melatih kemandirian, peserta didik dapat belajar dari lingkungan
kehidupannya.
B. Tujuan
Tujuan dari
pembuatan makalah ini adalah sebagai berikut :
Ø Memenuhi
tugas Mata Kuliah Belajar dan Pembelajaran.
Ø Untuk
meningkatkan pemahaman mahasiswa tentang berbagai konsep model pembelajaran dan
penerapan model pembelajaran di kelas.
C. Manfaat
Membantu peserta didik untuk memahami dan mencerna materi pembelajaran yang
diterima.
BAB
II
PERMASALAHAN
Untuk meningkatkan pemahaman berbagai model pembelajaran, dalam makalah ini
akan dibahas tentang :
a.
Model pembelajaran partisipatif dalam pembelajaran
yang berwawasan kemasyarakatan.
b.
Model pendekatan pembelajaran kontekstual dalam
pembelajaran yang berwawasan kemasyarakatan.
c.
Model pembelajaran mandiri dalam pembelajaran yang
berwawasan kemasyarakatan.
BAB III
PEMBAHASAN
A. MODEL PEMBELAJARAN PARTISIPATIF
1.
Konsep Pembelajaran Partisipatif
Pembelajaran partisipatif pada
intinya dapat diartikan sebagai upaya pendidik untuk mengikut sertakan peserta
didik dalam kegiatan pembelajaran yaitu dalam tahap perencanaan program,
pelaksanaan program dan penilaian program.
Partisipasi pada tahap perencanaan
adalah keterlibatan peserta didik dalam kegiatan mengidentifikasi kebutuhan
belajar, permasalahan, sumber-sumber atau potensi yang tersedia dan kemungkinan
hambatan dalam pembelajaran.
Partisipasi dalam tahap pelaksanaan
program kegiatan pembelajaran adalah keterlibatan peserta didik dalam
menciptakan iklim yang kondusif untuk belajar. Dimana salah satu iklim yang
kondusif untuk kegiatan belajar adalah pembinaan hubungan antara peserta didik,
dan antara peserta didik dengan pendidik sehingga tercipta hubungan kemanusiaan
yang terbuka, akrab, terarah, saling menghargai, saling membantu dan saling
belajar.
Partisipasi dalam tahap penilaian
program pembelajaran adalah keterlibatan peserta didik dalam penilaian
pelaksanaan pembelajaran maupun untuk penilaian program pembelajaran. Penilaian
pelaksanaan pembelajaran mencakup penilaian terhadap proses, hasil dan dampak
pembelajaran.
2.
Ciri-ciri Pembelajaran Partisipatif
Berdasarkan pada pengertian
pembelajaran partisipatif yaitu upaya untuk mengikutsertakan peserta didik
dalam pembelajaran, maka ciri-ciri dalam kegiatan pembelajaran partisipatif
adalah :
a)
Pendidik menempatkan diri pada kedudukan tidak serba
mengetahui terhadap semua bahan ajar.
b)
Pendidik memainkan peran untuk membantu peserta didik
dalam melakukan kegiatan pembelajaran.
c)
Pendidik melakukan motivasi terhadap peserta didik
untuk berpartisipasi dalam pembelajaran.
d)
Pendidik menempatkan dirinya sebagai peserta didik.
e)
Pendidik bersama peserta didik saling belajar.
f)
Pendidik membantu peserta didik untuk menciptakan
situasi belajar yang kondusif.
g)
Pendidik mengembangkan kegiatan pembelajaran kelompok.
h)
Pendidik mendorong peserta didik untuk meningkatkan
semangat berprestasi.
i)
Pendidik mendorong peserta didik untuk berupaya
memecahkan permasalahan yang dihadapi dalam kehidupannya.
3.
Peran Pendidikan Dalam Pembelajaran
Peran pendidik dalam pembelajaran partisipatif lebih banyak berperan
sebagai pembimbing dan pendorong bagi peserta didik untuk melakukan kegiatan
pembelajaran sehingga mempengaruhi terhadap intensitas peranan peserta didik
dalam pembelajaran.
Pada awal pembelajaran intensitas peran pendidik sangat tinggi yaitu untuk
menyajikan berbagai informasi bahan belajar, memberi motivasi serta memberi
bimbingan kepada peserta dalam melakukan pembelajaran, tetapi makin lama makin
menurun intensitas perannya digantikan oleh peran yang sangat tinggi dari
peserta didik untuk berpartisipasi dalam pembelajaran secara maksimal.
Langkah-langkah yang harus ditempuh oleh pendidik dalam membantu peserta
didik untuk mengembangkan kagiatan pembelajaran adalah sebagai berikut :
1.
Membantu peserta didik dalam menciptakan iklim
belajar.
2.
Membantu peserta didik dalam menyusun kelompok
belajar.
3.
Membantu peserta didik dalam mendiagnosa kebutuhan
pelajar.
4.
Membantu peserta didik dalam menyusun tujuan belajar.
5.
Membantu peserta didik dalam merangcang pengalaman
belajar.
6.
Membantu peserta didik dalam kegiatan pembelajaran.
7.
Membantu peserta didik dalam penilaian hasil, proses
dan pengaruh kegiatan pembelajaran.
B. MODEL PENDEKATAN PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL
1.
Konsep Pendekatan Pembelajaran Kontekstual
Pendekatan pembelajaran kontekstual
mendasarkan diri pada kecenderungan pemikiran tentang belajar dilihat dari
proses transfer belajar, lingkungan belajar. Dilihat dari proses, belajar tidak
hanya sekedar menghapal. Dari transfer belajar, siswa belajar dari mengalami sendiri, bukan pemberian dari orang
lain. Dan dilihat dari lingkungan belajar, bahwa belajar efektif itu dimulai
dari lingkungan belajar yang berpusat pada siswa.
Pembelajaran kontekstual (contextual
learning) merupakan upaya pendidik untuk menghubungkan antara materi yang
diajarkannya dengan situasi dunia nyata peserta didik, dan mendorong peserta
didik melakukan hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan
penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat.
Dalam penerapan pembelajaran
kontekstual tidak lepas dari landasan filosofisnya, yaitu aliran
konstruktivisme. Aliran ini melihat pengalaman langsung peserta didik (direct
experiences) sebagai kunci dalam pembelajaran.
2.
Perbedaan Pembelajaran Kontekstual dan Pembelajaran
Konvensional
Karakteristik model pembelajaran kontekstual dalam penerapannya di kelas,
antara lain :
a.
Siswa secara aktif terlibat dalam proses pembelajaran.
b.
Siswa belajar dari teman melalui kerja kelompok,
diskusi, saling mengoreksi.
c.
Pembelajaran dihubungkan dengan kehidupan nyata atau
masalah.
d.
Perilaku dibangun atas kesadaran diri.
e.
Keterampilan dikembangkan atas dasar pemahaman.
f.
Peserta didik tidak melakukan yang jelek karena dia
sadar hal itu keliru dan merugikan.
g.
Bahasa diajarkan dengan pendekatan komunikatif, yakni
peserta didik diajak menggunakan bahasa dalam konteks nyata.
Karakteristik model pembelajaran
konvensional dalam penerapannya di kelas, antara lain :
a.
Siswa adalah penerima informasi.
b.
Siswa cenderung belajar secara individual.
c.
Pembelajaran cenderung abstrak dan teoritis.
d.
Perilaku dibangun atas kebiasaan.
e.
Keterampilan dikembangkan atas dasar latihan.
f.
Peserta didik tidak melakukan yang jelek karena dia
takut hukuman.
g.
Bahasa diajarkan dengan pendekatan struktural.
Pembelajaran kontekstual memiliki
perbedaan dengan pembelajaran konvensional, tekanan perbedaannya yaitu
pembelajaran kontekstual lebih bersifat student centered (berpusat pada peserta
didik) dengan proses pembelajarannya berlangsung alamiah dalam bentuk kegiatan
peserta didik belajar dan mengalami.
Sedangkan pembelajaran konvensional
lebih cenderung teacher centered (berpusat kepada pendidik), yang dalam proses
pembelajarannya siswa lebih banyak menerima informasi bersifat abstrak dan
teoritis.
3. Komponen-komponen
Pembelajaran Kontekstual
Peranan pendekatan pembelajaran
kontekstual di kelas dapat didasarkan pada tujuh komponen, yaitu :
a. Konstruktivisme
Konstruktivisme merupakan landasan berfikir pembelajaran kontekstual, yaitu
bahwa pengetahuan dibangun oleh manusia didalam dirinya sedikit demi sedikit,
yang hasilnya dapat diperluas melalui konteks yang terbatas.
b. Pencairan (inquiry)
Menemukan merupakan inti dari pembelajaran kontekstual. Pengetahuan dan
keterampilan yang diperoleh siswa merupakan hasil dari penemuan siswa itu
sendiri.
c. Bertanya (Questioning)
Bertanya merupakan awal pengetahuan yang dimiliki seseorang. Bagi siswa
kegiatan bertanya merupakan bagian penting dalam melaksanakan pembelajaran yang
berbasis inquiriy, yaitu untuk menggali informasi, mengkonfirmasikan apa yang
sudah diketahui, dan mengarahkan pada aspek yang belum diketahui.
d. Masyarakat Belajar (Learning Community)
Konsep Learning Community menyarankan agar hasil pembelajaran diperoleh
dari kerjasama dengan orang lain. Masyarakat belajar bisa terjadi apabila ada
komunikasi dua arah atau lebih, yaitu antara siswa dengan siswa atau antara
siswa dengan pendidik apabila diperlukan atau komunikasi antara kelompok.
e. Pemodelan (Modeling)
Model dapat dirancang dengan melibatkan guru, siswa atau didatangkan dari
luar sesuai dengan kebutuhan. Dengan pemodelan, siswa dapat mengamati berbagai
tindakan yang dilakukan oleh model tersebut.
f.
Refleksi
(Reflection)
Refleksi adalah cara berfikir tentang sesuatu yang sudah dipelajari.
Realisasi dari refleksi dalam pembelajaran dapat berupa :
·
Pernyataan langsung tentang sesuatu yang sudah
diperoleh siswa.
·
Kesan dan pesan atau saran siswa tentang pembelajaran
yang sudah diterimanya.
·
Hasil karya.
g. Penilaian yang sebenarnya (authentic assessment)
Assessment merupakan proses pengumpulan data yang bisa memberikan gambaran
perkembangan belajar siswa. Assessment menekankan pada proses pembelajaran maka
data yang dikumpulkan harus diperoleh dari kegiatan nyata yang dikerjakan pada
saat melakukan proses pembelajaran.
Karakteristik authentic assessment, yaitu :
1.
Dilaksanakan selama dan sesudah proses pembelajaran
berlangsung,
2.
Dapat digunakan untuk formatif maupun sumatif,
3.
Yang diukur adalah keterampilan dan penampilan bukan
mengingat fakta,
4.
Berkesinambungan,
5.
Terintegrasi, dan
6.
Dapat digunakan sebagai feed back.
C. MODEL PEMBELAJARAN MANDIRI
1.
Konsep Pembelajaran Mandiri
Dalam rangka menuju kedewasaan, seorang anak harus dilatih untuk belajar
mandiri. Belajar mandiri merupakan suatu proses, dimana individu mengalami
inisiatif dengan atau tanpa bantuan orang lain.
a)
Dapat mengurangi keteregantungan pada orang lain.
b)
Dapat menumbuhkan proses alamiah perkembangan jiwa.
c)
Dapat menumbuhkan tanggunga jawab pada peserta didik.
Berdasarkan hal tersebut pendidik
bukan sebagai pihak yang menentukan segala-galanya dalam pembelajaran, tetapi
lebih berperan sebagai fasilitator atau sebagai teman peserta didik dalam
memenuhi kebutuhan belajar mereka.
2.
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kesiapan Belajar
Mandiri
Banyak faktor yang mempengaruhi untuk tumbuhnya belajar mandiri, yaitu :
a.
Terbuka terhadap setiap kesempatan belajar, belajar
pada dasarnya tidak dibatasi oleh waktu, tempat dan usia.
b.
Memiliki konsep diri sebagai warga belajar yang
efektif, seseorang yang memiliki konsep diri berarti senantiasa mempersepsi
secara positif mengenai belajar dan selalu mengupayakan hasil belajar yang
baik.
c.
Berinisiatif dan merasa bebas dalam belajar, inisiatif
merupakan dorongan yang muncul dari diri seseorang tanpa dipengaruhi orang
lain, seseorang yang memiliki inisiatif untuk belajar tidak perlu dirangsang
untuk belajar.
d.
Memiliki kecintaan terhadap belajar, menjadikan
belajar sebagai bagian dari kehidupan manusia dimulai dari timbulnya kesadaran,
keakraban dan kecintaan terhadap belajar.
e.
Kreativitas.
Menurut Supardi (1994), kreativitas merupakan kemampuan seseorang untuk melahirkan
sesuatu yang baru, baik berupa gagasan maupun kerja nyata yang relatif berbeda
dengan apa yang telah ada sebelumnya.
Ciri perilaku kreatif yang dimiliki seseorang diantaranya dinamis, berani,
banyak akal, kerja keras dan bebas. Bagi seseorang yang kreatif, tidak akan
kuatir atau takut melakukan sesuatu sepanjang yang dilakukannya mengandung
makna.
f.
Memiliki orientasi ke masa depan. Seseorang yang
memiliki orientasi ke masa depan akan memandang bahwa masa depan bukan suatu
yang mengandung ketidakpastian.
g.
Kemampuan menggunakan keterampilan belajar yang
mendasar dan memecahkan masalah.
3.
Peran Pendidik Dalam Belajar Mandiri
Dalam pembelajaran mandiri, tutor berperan sebagai fasilitator dan teman
bagi peserta didik. Sebagai fasilitator, pendidik dapat membantu peserta didik
dalam mengakrabi masalah yang dihadapi peserta didik, dan berupaya agar peserta
didik dapat menemukan alternatif pemecahan masalah yang dihadapinya.
Peran lain yang harus dilakukan pendidik adalah sebagai teman. Pendidik
berusaha menempatkan dirinya sama dengan peserta didik sebagai peserta yang
mengharapkan nilai tambah dalam kehidupannya untuk mengantisipasi perubahan
yang terjadi, serta mengaktualisasikan dirinya.
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Model-model pembelajaran sosial
merupakan pendekatan pembelajaran yang dapat digunakan dikelas dengan
melibatkan peserta didik secara penuh (student center) sehingga peserta didik
memperoleh pengalaman dalam menuju kedewasaan, peserta didik melatih
kemandirian peserta didik dapat belajar dari lingkungan kehidupannya.
Model-model pembelajaran ini
mencakup : model pembelajaran partisipatif, model pendekatan pembelajaran
kontekstual, dan model pembelajaran mandiri.
Pembelajaran partisipatif pada
intinya dapat diartikan sebagai upaya pendidik untuk mengikutsertakan peserta
didik dalam kegiatan pembelajaran, yaitu dalam tahap : perencanaan program,
pelaksanaan program dan penilaian program.
Dalam menyiapkan anak untuk
bersosialisasi di masyarakat, sejak dini anak harus sudah mengenal lingkungan
kehidupannya. Model pembelajaran kontekstual merupakan upaya pendidik untuk
menghubungkan antara materi yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata
peserta didik dan mendorong peserta didik melakukan hubungan anatara
pengetahuan yang dimilikinya dalam penerapannya dengan kehidupan mereka.
B. Saran
Ø Bagi
pendidik dan peserta didik harus mengerti tentang tujuan dan fungsi
masing-masing yang harus dijalankan.
Ø Manfaatkanlah
waktu dan kesempatan yang ada.
DAFTAR PUSTAKA
sy nyomot, sedikit.
BalasHapustrims :D